Sejarah & Prestasi Olahraga di Indonesia: BULU TANGKIS




MENGENAL OLAHRAGA BULU TANGKIS
Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang menjadi andalan negara Indonesia di kancah dunia internasional. Permainan bulutangkis ini menggunakan kok (shuttle cock) dan raket sebagai pemukul dari kok. Inti dari permainan ini adalah menjaga agar kok tidak terjatuh ke tanah/lantai dengan cara memukul kok tersebut secara terus menerus.

Sejarah Penemuan Bulutangkis
Ada dua pendapat yang beredar mengenai asal mula permainan bulutangkis yakni di Mesir kuno (sekitar 2000 tahun yang lalu) dan dari daratan Tionghoa. Di daratan Tionghoa atau Republik Rakyat Tiongkok, bulutangkis berasal dari permainan rakyat setempat yang bernama Jianzi. Namun pada permainan Jianzi tidak menggunakan raket tetapi hanya kok (shuttlecock) saja. Adapun peraturan dasar dari permainan Jianzi ini sama halnya dengan aturan permainan bulutangkis yakni menjaga agar kok tidak jatuh menyentuh tanah/lantai selama mungkin.

Kemudian pada zaman pertengahan di Inggris juga terdapat sebuah permainan tradisional yang banyak dimainkan oleh anak-anak di negara tersebut yang bernama “Battledore and Shuttlecock”. Permainan itu menggunakan tongkat dan menjaga kok tetap di udara tanpa boleh menyentuh tanah/lantai yakni dengan cara dipukul terus-menerus selama mungkin.

Sementara di Indonesia, bulutangkis mulai dikenal dikenal oleh masyarakat pada 1930-an. Pada masa itu, cabang olahraga bulutangkis ini bernaung dibawah perkumpulan yang diberi nama Ikatan Sport Indonesia (ISI). Bulutangkis kembali hidup ketika Indonesia telah merdeka dan mulai berkembang Tahun  1947.

Perkembangan Olahraga Bulutangkis

Perkembangan Bulutangkis Dunia
Bulutangkis atau yang sekarang lebih dikenal dunia dengan sebutan badminton mulai berkembang dan dikenal oleh masyarakat dunia pada abad ke-17. Kata badminton sendiri berasal dari sebuah nama tempat atau lebih tepatnya nama istana yang terletak di daerah Gloucester-shire sekitar 200 kilometer sebelah barat kota London, Inggris yaitu “Badminton House”.

Perkembangan Bulutangkis di Indonesia
Perkembangan nyata olahraga bulutangkis di Indonesia terjadi Tahun  1948 yakni dengan diadakan dan dimasukkannya bulutangkis sebagai salah satu cabang olahraga yang yang dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) I yang diadakan di Surakarta (kini Solo). Pekan Olahraga Nasional atau PON ini diikuti oleh berbagai daerah yang ada di Indonesia. Kemudian hal ini berlanjut dan semakin berkembang pada masa tahun 1950-an dengan mulai diselenggarakannya berbagai perlombaan yang tersebar di berbagai kota di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi baik antar perkumpulan, kabupaten/kota, propinsi hingga tingkat nasional.

Bulutangkis Indonesia semakin berkembang pesat dengan kampanye yang disuarakan oleh Presiden Indonesia saat itu yakni Presiden Soekarno. Presiden Soekarno mengkampanyekan “Nation Building” yaitu gerakan untuk membangun bangsa, dan pelaku-pelaku olahraga termasuk sebagai salah satu pemain utama dalam gerakan ini. Presiden Soekarno memberikan pengarahan dan kobaran semangat pada pelaku-pelaku olahraga ini agar menjadikan olahraga sebagai sarana untuk mengenalkan negara Indonesia ke hadapan dunia internasional dan berjuang keras agar Indonesia mampu menciptakan sebuah prestasi di tingkat dunia.

Harapan dari Presiden Soekarno ini kemudian dituangkan dalam Kepres No. 263/1963 yang isinya menyangkut tentang upaya dan harapannya untuk mencanangkan Indonesia dapat masuk dalam peringkat 10 besar tingkat dunia. Harapan dan impian Presiden Soekarno ini mulai terjawab Tahun  1958, yakni ketika Indonesia mengikuti ajang piala Thomas atau Thomas Cup (untuk putra) yang diselenggarakan di Singapura. Pada awalnya pemain Indonesia diremehkan oleh para pemain dari negara lain karena waktu itu adalah kali pertama Indonesia mengikuti ajang tingkat internasional tersebut, dan merupakan tim yang tidak diperhitungkan.

Tim bulutangkis Indonesia yang masih ‘anak bawang’ dalam kejuaraan tingkat internasional dianggap tidak akan mampu bersaing dengan tim bulutangkis terkuat pada masa itu (tahun 1950-an) yakni Amerika, Malaysia, Denmark, Inggris dan Thailand. Namun pemain dari tim bulutangkis Indonesia mampu memberikan kemampuan terbaiknya. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan dua orang atlet bulutangkis Indonesia dari kategori tunggal putra maju ke babak final. Dan yang lebih membanggakan lagi, mereka menciptakan suatu keadaan dimana kedua pemain yang bertanding di babak final berasal dari satu negara yakni Indonesia atau yang dikenal dengan istilah “All Indonesian Final”.


Organisasi Bulutangkis

Organisasi Bulutangkis Dunia
Induk organisasi yang menaungi cabang olahraga bulutangkis untuk tingkat dunia adalah International Badminton Federation (IBF). IBF pertama kali berdiri Tahun  1934. Ada 9 negara yang merupakan pelopor dari terbentuknya organisasi ini, yaitu :
1.       Inggris
2.       Irlandia
3.       Skotlandia
4.       Wales
5.       Denmark
6.       Belanda
7.       Kanada
8.       Selandia Baru
9.       Perancis

Kemudian Tahun  1936, India bergabung dalam organisasi ini sebagai afiliat. Pada tanggal 24 September 2006 International Badminton Federation (IBF) berganti nama menjadi  Badminton World Federation (BWF) melalui pertemuan organisasi yakni Extraordinary General Meeting yang diadakan di Spanyol. Keputusan ini diambil melalui pengambilan suara terbanyak (voting) dan hasilnya sebanyak 206 delegasi yang hadir saat pertemuan itu sepakat untuk pergantian nama tersebut.

Hingga saat ini Badminton World Federation (BWF) telah berdiri selama 82 tahun dan telah memiliki 186 negara anggota yang terdaftar. Kepengurusan BWF sendiri terdiri atas 5 tingkatan kepengurusan, yaitu : Executive Board, BWF Council, BWF Committees, BWF Commissions, dan Management Team.


Executive Board IBF:
President : Poul-Erik Høyer (Denmark)
Deputy President : Gustavo Salazar (Peru)
Vice President – Africa : Dagmawit Berhane (Ethiopia)
Vice President – Europe : Gregory Verpoorten (Belgium)
Vice President – Asia : Anton Subowo (Indonesia)
Vice President – Oceania : Geraldine Brown (Australia)
Vice President – Pan Am : Vishu Tolan (Jamaica)
Vice President – Para-Badminton : Paul Kurzo (Switzerland)
Chair – Communications Committee : Ng Yoke Weng (Singapore)
Chair – Development & Sport For All Committee : David Cabello (Spain)
Chair – Events Committee : Peter Tarcala (Slovakia)
Chair – Finance Committee : Lim Teong Kiat (Malaysia)
Chair – IOC & International Relations Committee : Etienne Thobois (France)
Chair – Marketing Committee : Nigel Skelt (Nw Zealand)

BWF Council :
Deputy Chair – Communications Committee : Ranjit de Silva (Sri Lanka)
Deputy Chair – Development & Sport For All Committee : Jassem Kanso (Lebanon)
Deputy Chair – Events Committee : Li Lingwei (China)
Deputy Chair – Finance Committee : Chipo Zumburani (Zimbabwe)
Deputy Chair – Para-Badminton Committee : Wayne Somers (Canada)
Deputy Chair – Women’s Commission : Nora Perry (England)
Chair – Athletes Commission : Yuhan Tan (Belgium), Raj Gaya (Mauritius), Sergey Shakhray, Akhilesh Gupta (India), Mehdi Karbasian (Iran), Sergey Shakhray (Russia)

Kantor pusat BWF
Gedung Amoda Unit 17.05 Lantai 17, 22
Jalan Imbi – 55100 Kuala Lumpur, Malaysia

Organisasi Bulutangkis Indonesia
Perkumpulan bulutangkis pertama di Indonesia adalah Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang berdiri pada tanggal 20 Januari 1947. Kantor pusat PORI berada di Yogyakarta dan Tri Tjondrokusumo dilantik sebagai ketua PORI. Pada zaman pemerintahan Belanda, perkumpulan bulutangkis ini diberi nama Bataviasche Badminton Leaque (BBL) dan kemudian dipecah menjadi Bataviasche Badminton Unie (BBU). Mayoritas anggota BBU adalah rakyat keturunan Tionghoa. Kemudian para anggota BBU ini merubah nama organisasi mereka menjadi Persatuan Badminton Djakarta (Perbad) dan Tjoang Seng Tiang dipilih sebagai ketua organisasi.

Tahun  1949, Perbad melakukan pertemuan dan jajak pendapat dengan beberapa tokoh-tokoh dalam olahraga bulutangkis, yakni Sudirman Liem Soei Liong, E. Sumantri, Ramli Rakin, Ang Bok Sun, dan Khow Dji Hoe. Pertemuan ini diadakan untuk membahas dan menentukan langkah dalam rangka memperluas jangkauan organisasi ini hingga seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

Pada tanggal 5 Mei 1951, Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia atau yang lebih dikenal dengan PBSI resmi berdiri di Bandung. Adapun susunan pengurus PBSI pada masa berdirinya, adalah sebagai berikut :
Ketua Umum : A. Rochdi Partaatmadja
Ketua I : Soedirman
Ketua II : Tri Tjondrokoesoemo
Sekretaris I : Amir
Sekretaris II : E. Soemantri
Bendahara I : Rachim
Bendahara II : Liem Soei Liong

PBSI merupakan kepengurusan organisasi bulutangkis Indonesia tingkat pusat. Dibawah kepengurusan tingkat pusat ini terdapat dua kepengurusan lagi, yaitu : Pengda (Pengurus Daerah) untuk tingkat propinsi dan Pengcab (Pengurus Cabang) untuk tingkat kota/kabupaten. Hingga akhir bulan Agustus tahun 1977 telah tercatat sebanyak 26 Pengda dan 224 Pengcab yang tersebar di seluruh Indonesia, dan terdapat lebih kurang 2000 perkumpulan dari seluruh wilayah Indonesia terdaftar menjadi anggota PBSI. Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia atau PBSI terdaftar secara resmi sebagai anggota IBF Tahun  1953.

Masa jabatan dari ketua umum PBSI adalah selama 4 tahun.

Struktur kepengurusan PBSI untuk masa bakti 2016 – 2020 adalah sebagai berikut :
Ketua Umum : Wiranto
Staf Ahli Organisasi : Indra Utoyo dan Juniarto Suhandinata
Staf Ahli Hukum : Umbu S. Samapaty dan Arfa Gunawan
Staf Ahli Binpres: Taufik Hidayat dan Christian Hadinata
Sekretaris Jenderal : Achmad Budiharto
Wakil Sekjen: Oei Wijanarko Ady Mulya
Bendahara : Beni Prananto
Wakil Bendahara : Sutoto Agus Harmono
Subid Hubungan Luar Negeri : Bambang Roediyanto
Subid Informasi Teknologi : Devi Indah Kartika
Subid Humas dan Media : Ricky Soebagdja dan Carmelita
Wakil Ketua Umum I : Alex Tirta
Bidang Binpres : Susy Susanti
Subid Pelatnas : Lius Pongoh
Subid Pengembangan Prestasi dan Sport Science: Basri Yusuf
Wakil Ketua Umum II : Lutfie Hamid
Bidang Organisasi dan Kelembagaan : Edy Sukarno
Subid Organisasi dan Tata Laksana : Topan Indra Karsa
Bidang Keabsahan dan Implementasi PBSI : Rachmat Setiyawan
Bidang Turnamen Perwasitan dan Referee : Eddiyanto Sabarudin
Subid Turnamen : Sarjono
Subid Perwasitan : Nelson Napis
Bidang Pengembangan daerah dan Komunitas : Alfianto Wijaya
Subid Korwil I : Sikriadi dan Eri Zulhendrizal
Subid Korwil II : Agung Lindartawan dan Suyono
Subid Korwil III: Junaidin Yaman, Dharmawan Duming, dan Calvyn A kobis
Subid Komunitas : Edy Prayitno
Wakil Ketua Umum III : Karna Brata Lesmana
Bidang Dana dan Usaha : Yoppy Rosimin
Subid Sponsorship : Alan Budikusuma
Bidang Sarana dan prasarana : Freddy EP Husein
Subid Pengadaan dan Logistik : HM. Ferlie, Masranudin ABD. Azis, dan Johnson AH Rantung

Kantor pusat PBSI
Jalan Pelatnas PBSI Kel. Cipayung Kec. Cipayung Jakarta Timur – 13840

Jenis-jenis Kejuaraan Bulutangkis

Kejuaraan BWF
Kejuaraan BWF adalah kejuaraan yang diselenggarakan dan ditangani langsung oleh BWF melalui pengurus-pengurus yang ditunjuk. Tuan rumah tempat diadakannya kejuaraan BWF yang bertaraf internasional ini ditunjuk langsung oleh pihak BWF. Kejuaraan-kejuaraan yang ditangani langsung oleh BWF terdiri dari 6 jenis kejuaraan, yaitu sebagai berikut :
1.       Kejuaraan Dunia : pertama kali diadakan tahun 1977 dan diadakan setahun sekali (kecuali berada di tahun yang sama dengan jadwal olimpiade)
2.       Kejuaraan Dunia Junior : kejuaraan bulutangkis tingkat dunia untuk pemain yang berumur dibawah 19 tahun
3.       Piala Thomas : kejuaraan dunia beregu putra yang diadakan dua tahun sekali, dan terdiri dari 5  kategori (3 tunggal, 2 pasangan)
4.       Piala Uber : kejuaraan dunia beregu putri yang diadakan dua tahun sekali dan terdiri dari 5 kategori (3 tunggal, 2 pasangan)
5.       Piala Sudirman : kejuaraan dunia beregu campuran yang diadakan dua tahun sekali dan terdiri dari 5 kategori (tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, ganda campuran)
6.       Olimpiade (Cabang Bulutangkis) : bulutangkis pertama kali dimasukkan dalam olimpiade ini Tahun  1992 di Barcelona, Spanyol

Kejuaraan Individu
Kejuaraan individu adalah kejuaraan yang diselenggarakan dan ditangani oleh masing-masing negara yang menjadi anggota BWF (misal Indonesia Open). BWF membagi kejuaraan ini menjadi beberapa tingkatan, dengan jumlah poin yang diterima (poin untuk peringkat dunia) dan jumlah total hadiah yang berbeda di setiap tingkatan.
Kejuaraan individu ini terbagi menjadi 7 jenis kejuaraan, yaitu sebagai berikut :
1.       Super Series Premiere : kejuaraan bulutangkis internasional bintang enam (Indonesia Open, Malaysia Open, Denmark Open, China Open, All England Open)
2.       Super Series : kejuaraan bulutangkis internasional bintang lima (Korea Open, India Open, Singapore Open, Japan Open, French Open, Australia Open, Hongkong Open)
3.       Grand Prix Gold : kejuaraan bulutangkis internasional bintang empat (India GP Gold, Indonesia GP Gold, German Open Badminton Championship, Badminton Swiss Open, Malaysia GP Gold, China Master – BWF GP Gold, Thailand Open, US Open, Chinese Taipei Open, London GP Gold)
4.       Grand Prix : kejuaraan bulutangkis internasional bintang tiga (New Zealand Open, Canada Open, Russian Open, Brazil GP, Vietnam Open, Dutch Open, Scottish Open)
5.       International Challenge : Swedish Master, Iran Fajr International Challenge, Polish Open, French Open, Kazakhstan International Challenge, Maldives Badminton International Challenge
6.       International Series : Estonian International, Iceland International, Uganda International, Croatian International, International Argentina, Venezuela International
7.       Future Series : Riga International, Lithuanian International, Slovak Open


Prestasi Bulu Tangkis Indonesia
Indonesia  memenangkan medali emas dalam berbagai iven, terutama Olimpiade - sejak bulu tangkis dimasukkan sebagai salah satu cabang olahraga pada Olimpiade Tahun  1992.
Tahun  1992, medali emas olimpiade dimenangkan oleh Alan Budikusuma pada tunggal putra, dan Susi Susanti pada tunggal putri.
Tahun  1996 Ricky Subagja dan Rexy Mainaky memenangkan medali emas pada ganda putra.
Tahun  2000 Candra Wijaya dan Tony Gunawan memenangkan medali emas pada ganda putra.
Tahun  2004 Taufik Hidayat memenangkan medali emas pada tunggal putra.
Tahun 2008 Indonesia kembali meraih medali emas di sektor ganda putra yang diraih Markis Kido dan Hendra Setiawan.
Tahun 2016 pada Olimpiade Rio pertama kalinya ganda campuran Indonesia meraih medali emas yang dimenangkan Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir setelah menumbangkan pasangan asal Malaysia.

Atlet bulu tangkis Indonesia juga bermain pada Indonesia Terbuka, Kejuaraan Bulutangkis Inggris Terbuka dan kejuaraan internasional lainnya, termasuk Olimpiade musim panas sejak bulu tangkis dimainkan lagi pada Olimpiade 1992.

Rudy Hartono adalah bintang bulu tangkis paling terkenal, yang telah memenangkan Piala Thomas sebanyak enam kali serta All England sebanyak delapan kali .

Dari semua kejuaraan, Indonesia sangat sukses memenangkan Piala Thomas (Kejuaraan Bulu Tangkis Pria) dengan memenangkan sebanyak 13 piala dari 24. Indonesia juga telah memenangkan Piala Uber (Kejuaraan Bulu Tangkis Wanita) sebanyak 3 kali.


dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

"kompas hari ini" - Google Berita